Sabtu, 26 Maret 2011

Artikel

Batik Jambi Melawan Gempuran Batik Cina
SAMPEL MOTIF DIJUAL PERDUA METER

SAMPEL MOTIF DIJUAL PERDUA METER


PASCA diberlakukan pasar bebas antara Indonesia dan China, batik dari negeri Tirai Bambu menyerbu Jambi. Namun, batik Jambi masih mampu bertahan menghadapi gempuran batik China. Kepada wartawan Posmetro Jambi, Muhamad Usman, pemilik rumah produksi batik di Kelurahan Jelmu, Seberang Kota Jambi, Nafisah, menuturkan bagaimana batik Jambi bertahan melawan batik Cina, termasuk bersaing dengan batik Jawa.

Bagaimana Anda memulai usaha pembuatan batik Jambi ini?
Saya memulainya sekitar tahun 1996. Ketika itu, saya masih sekolah dan melihat orang yang membuat batik. Sebenarnya orang tua saya bukan pembatik, tapi saya belajar sendiri, dan akhirnya bisa membuat batik. Saya melihat, usaha pembuatan batik ke depan sangat menjanjikan. Dalam kondisi apa pun orang bakal tetap mencari kain batik. Maka, saya memutuskan membuka usaha batik ini.

Apakah ketika itu langsung memiliki karyawan?


Oh tidak, awalnya kami kerjakan sendiri. Saya minta sama kawan yang mempunyai order banyak, istilahnya saya ngupah. Setelah selesai saya kerjakan, lalu saya serahkan batik tersebut ke pemilik order dan saya pun mendapat upah. Sementara, saya juga memiliki orderan juga, sehingga kami memiliki pendapatan lumayan banyak. Kami tabung, dan kemudian kami pun mendapatkan order banyak. Karena sudah punya orderan banyak, akhirnya saya tidak mengambil upahan, justru kemudian saya meminta keluarga dan tetangga untuk bekerja dengan saya. Saat sekarang ini, saya memiliki 7 tenaga kerja tetap dan 15 orang pekerja lepas. Pekerja lepas membawa kerjaan ke rumahnya, dikerjakan jika pekerjaan utama rumah tangga selesai. Sekarang ini, jika orderan sedang banyak, saya bisa mempekerjakan orang lepas sekitar 20 orang.

Apakah ada peran pemerintah dalam usaha pembuatan batik ini?

Ada. Kami sering dibawa pemerintah untuk ikut pameran. Pameran diadakan di Jambi, Jakarta, Bandung, dan kota-kota lainnya. Beberapa perusahaan BUMN, seperti Pertamina, juga sering membantu kami. Mereka sering membawa kami untuk ikut pameran juga.

Apakah batik Jambi sudah mampu bersaing dengan batik asal Jawa?

Harus kita akui, batik Jawa memiliki keunggulan. Di Jawa, orang kelas atas, menengah, dan bawah, semuanya memakai batik. Produksi batik pun dibuat bermacam-macam menyesuaikan segmen pembelinya. Sementara di Jambi, pengguna batik hanya sebagian warga kelas menengah dan atas. Ada sih orang Jambi kelas bawah menggunakan batik, tapi batik printing. Namun, batik printing ini pun didatangkan dari Jawa. Inilah yang membuat penjualan batik Jambi tidak sebagus dengan batik asal Jawa. Namun, untuk sekarang, penjualan batik Jambi sudah jauh meningkat dibanding dulu. Saya perkirakan, batik Jambi telah menguasai sekitar 50 persen pasar batik di Jambi.

Apa yang membedakan batik Jawa dengan batik Jambi?


Motif batik Jambi monoton, warna kurang cerah, harga terlalu mahal. Soal harga, ini yang menjadi kesulitan kami. Semua bahan batik itu didatangkan dari Jawa sehingga menimbulkan biaya produksi tinggi.

Apakah tidak bisa mencari bahan baku di Jambi?


Di Jambi kan tidak ada pabrik kain, produsen lilin, dan sebagainya. Kalau pun dibuat pabrik kain, tentu itu justru akan menimbulkan masalah baru dan juga belum tentu efektif membuat biaya produksi batik Jambi lebih rendah.

Harga batik Jambi lebih mahal. Bagaimana dengan kualitasnya?


Ini yang harus dipahami pembeli. Di Jawa, banyak batik harga murah karena kualitasnya juga kurang bagus. Sementara, batik Jambi memang lebih mahal, tapi kualitasnya lebih bagus.

Berapa harga batik Jambi?


Bervariasi, ada yang Rp 100 ribu, Rp 200 ribu, dan untuk batik tulis ada yang mencapai Rp 600 ribu. Kenapa harga batik tulis sangat mahal? Karena menggunakan bahan kain yang bagus, teknik pengerjaan yang rumit dan membutuhkan ketelitian tinggi. Waktu pengerjaannya pun bisa memakan waktu satu bulan. Tapi, hasilnya bisa dijamin sangat bagus. Motifnya tentu memiliki nilai seni yang lebih tinggi dibanding dengan yang printing atau cap.

Pemerintah Provinsi Jambi dan sejumlah pemerintah kabupaten/kota membuat kebijakan mewajibkan PNS dan siswa sekolah menggunakan seragam batik pada hari tertentu. Apakah ini membuat penjualan batik Jambi meningkat?

Memang ada peningkatan penjualan, tapi tidak terlalu signifikan. Pasalnya, misalnya untuk seragam siswa sekolah. Kan mereka membeli batik dengan harga yang bisa dijangkau oleh seluruh siswa, makanya akhirnya pilihan jatuh ke batik printing. Nah, batik printing ini kan didatangkan dari Jawa, bukan produksi pembatik di Jambi.

Pemerintah Indonesia telah menjalin perdagangan bebas dengan China. Batik China masuk ke Jambi. Apakah ini berpengaruh pada penjualan batik Jambi?


Pada awalnya iya. Ketika batik Cina pertama kali masuk, orang pada tertarik warna dan motifnya yang berani dan cerah, tapi harganya sangat murah. Tapi, lama-kelamaan orang tahu bahwa kualitas batik Cina sangat payah. Akhirnya, sekarang orang sudah mulai balik ke batik Jawa dan Jambi.

Apa strategi agar batik Jambi bisa bertahan dalam persaingan ini?


Kami mencoba membuat motif yang lebih bervaratif agar pembeli memiliki banyak pilihan. Kami juga akan meningkatkan kualitas agar batik Jambi bisa bersaing dengan batik Jawa. (Sumber http://www.metrojambi.com/ragam/4138-melawan-gempuran-batik-cina.html)

Tidak ada komentar: